Dahlan Iskan DEWa nya Orang Pintar

Dahlan Iskan DEWa nya Orang Pintar

Tulisan agung Pamujo 
 
SEORANG teman jurnalis, yang memimpin sebuah majalah, pernah berujar tentang Dahlan Iskan. Yang diujarkan itu adalah satu predikat tentang Dahlan Iskan yang belum pernah saya dengar sebelumnya.
=========================
“Di kalangan pakar dan peneliti, Dahlan Iskan dianggap dewa,” katan teman tadi.
Teman tadi mengungkapkan anggapan itu, saat bersama saya ikut mendengarkan paparan Dr Ir Bambang Prihandoko. Pakar baterai dari LIPI itu tengah diminta Dahlan Iskan untuk menilai baterai lithium untuk mobil listrik, produksi PT Nipress, Bogor.
Dr Bambang terlihat antusias memberi paparan. Antusias yang terus muncul semenjak dia dilibatkan dalam proyek mobil listrik. Khususnya dalam pengembangan baterainya.
Antusias itu juga muncul di kalangan pakar-pakar dan peneliti hebat putra putri Indonesia lainnya. Ini seiring dengan pelibatan mereka dalam berbagai proyek dan program hebat Dahlan Iskan lain, untuk mengatasi berbagai masalah di negeri ini.
Itulah yang menurut teman saya tadi alasan mengapa kalangan pakar dan peneliti  sebagian mengganggap Dahlan Iskan bak dewa penolong. Mungkin kedengarannya berlebihan Namun, jika melihat fakta-fakta yang ada tentang betapa kini banyak pakar dan peneliti benar-benar seolah menemukan ajang untuk unjuk karya, bisa jadi pendapat tadi benar.
Apalagi, teman saya tadi, kebetulan majalahnya bersentuhan dengan BUMN. Dia memiliki banyak catatan betapa sekarang BUMN memang sangat serius melibatkan para peneliti dan pakar dalam berbagai proyek dan program mereka.  Terutama, semenjak kementerian BUMN dipimpin Dahlan Iskan.
Dalam hal mengatasi masalah pangan -istilah pop-nya ketahanan pangan- Dahlan melibatkan pakar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mohon diperhatikan, para pakar itu bukan sekadar diminta membuat makalah atau proposal. Tapi, bergabung dalam tim yang langsung terlibat dalam aksi menerapkan temuan para pakar di lapangan.
Itulah yang dilakukan Prof Dr Sungkono, pakar sorgum dari Unlam yang dilibatkan dalam penanaman sorgum besar-besaran di NTT. Sorgum yang siap panen Agustus mendatang itu, diharapkan bisa mengurangi ketergantungan kita terhadap gandum, yang harus impor
Para pakar ternak juga dilibatkan langsung untuk mengatasi masalah ketersediaan daging. Ada Prof Dr Syamsuddin Hasan dari Universitas Hasandin, Prof Priyo Bintoro (Undip) dan beberapa pakar ternak potong besar lainnya.
Dahlan juga memacu pengembangan ternak kelinci, sebagai pangan sumber protein alternatif. Dia melibatkan pakar dari Unibraw dan juga praktisi ternak kelinci dari Pasuruan, Gus Yusuf.
Secara khusus, Dahlan Iskan, juga menaruh perhatian buah tropis. Dia mematok target menangkal serbuan buah impor. Sambil, menjajaki peluang ekspor.
Dahlan meminta dua pakar tanaman dari IPB, Prof Dr Herry Suhardiyanto (juga Rektor IPB) dan Dr Ir Sobir, untuk pengembangan buah tropis, bekerjasama dengan PTPN 8.
Dua pakar IPB pula yang langsung dimintai untuk mengatasi saat ada masalah cabai. Pembuat rasa pedas itu sempat menjadi masalah nasional, ketika harganya melambung tinggi, berbuntut angka inflasi naik.
Peneliti sektor kesehatan dan farmasi juga diberi Dahlan Iskan ajang unjuk peran seluas-luasnya. Para profesor dan doktor dari Unpad, UGM dan Unair bukan sekadar dimintai tampil di seminar. Tapi, langsung difasilitasi untuk memproduksi temuan mereka, lewat BUMN obata2an, seperti Biofarma dan Indofarma. Antara lain, Dr Keri Lestari Dandan, pakar farmasi dari Unpad yg difasilitasi membuat obat herbal untuk anti kolesterol dan diabetes.
Tidak ketinggalan, tentu saja para insinyur-insinyur di bidang mesin. Secara khusus Dahlan Iskan mengumpulkan lima insinyur untuk mewujudkan proyek pembuatan mobil listrik. Mereka adalah Dasep Ahmadi, Ricky Elson, Danet, Ravi Desai, dan Mario Rivaldi. Karya hebat para Putera Petir itu -demikian julukan Dahlan untuk para insinyur listrik itu- akan -insyaAllah- siap Oktober ini. Dengan guna awal, menjadi kendaraan para tamu negara, delegasi Asia Pacific Economics Conference.
Satu catatan lagi, adalah peran Dahlan Iskan dalam menggairahkan lagi PT Batan Teknologi, BUMN yang seperti namanya terkait dengan bidang teknologi, khususnya nuklir dan tenaga atom. Batantek sempat nyaris tidak terdengar bertahun-tahun lamanya.  Begitu Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN dan berkesempatan berkunjung ke sana, dia mendapati satu potensi Batantek untuk berkembang.
BUMN yang dipimpin Yudiutomo ini dia nilai punya potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam bidang tenaga nuklir dan atom. Ini karena ada kekhasan yang dimiliki oleh para pakar Batantek di bawah pimpinan Yudiutomo. Yakni, mampu memproduksi radioisotop (Batantek) dengan teknologi pengayaan uranium tingkat rendah.
Dengan teknologi ini, Batantek akan menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu memproduksi radioisotop yang nantinya sangat bermanfaat untuk kesehatan. Kini, negara-negara di Asia –termasuk Tiongkok– membeli radioisotop dari Batantekno (nama baru Batantek, setelah diubah Dahlan Iskan). Bahkan, Batantekno siap menguasai pasar radioisotop dunia, dengan membangu pabrik di Arizona, Amerika Serikat.
Demikianlah. Kini para putera puteri terbaik bangsa itu benar2 mendapat kesempatan menyumbangkan ilmunya untuk Ibu Pertiwi. Tidak hanya sekadar jadi wacana. Tapi, benar-benar diterapkan.
Dahlan Iskan tidak mau mengabaikan para orang pintar itu, untuk ikut membangun Indonesia.
Dahlan Iskan begitu pintar untuk memaksimalkan peran orang pintar itu. Dia pun bersama-sama orang pintar itu, berjuang dan membangun, Demi Indonesia.
Seperti kata pepatah, orang baik akhirnya berkumpul dengan orang baik. Orang pintar berkumpul dengan orang pintar.
Agaknya, itu pula alasan bos perusahaan jamu Sidomuncul Irwan Hidayat menjadikan Dahlan Iskan menjadi bintang iklan salah satu produknya, yang dikenal dengan jargoo orang pintar. Irwan cukup pintar untuk menilai bahwa Dahlan Iskan memang layak dianggap sebagai sosok seperti Dewa bagi orang pintar.
Lantas, cukup pintar jugakah kita untuk ikut berjuang bersama ”Dewa”nya orang pintar itu?



http://sosok.kompasiana.com/2013/07/29/dia-dianggap-dewanya-orang-pintar--577370.html
Dahlan Iskan  dan Jokowi serupa tapi tak sama

Dahlan Iskan dan Jokowi serupa tapi tak sama

SAYA sepakat dengan pendapat bahwa Indonesia saat ini beruntung punya dua sosok istimewa: Dahlan Iskan dan Jokowi. Dua nama yang sama-sama dikenal bersih, suka blusukan, pekerja keras, dan punya komitmen tinggi terhadap rakyat.
Keduanya juga sama-sama berlatarbelakang pengusaha yang kini duduk di pemerintahan. Kini, kedua-duanya juga digadang-gadang jadi pemimpin Indonesia berikutnya.
Namun, ada juga beberapa perbedaan antara dua sosok yang sama-sama asal lereng Gunung Lawu itu. Bahkan, perbedaannya cukup kontradiktif.
Dalam hal blusukan misalnya. Dahlan Iskan jelas memiliki cakupan bidang dan jangkauan wilayah yang lebih luas.
Tentu saja, karena dia seorang menteri. Menteri BUMN lagi.
Semenjak menjadi Menteri, Dahlan Iskan sudah blusukan mulai Aceh sampai Papua untuk berbagai urusan. Dari masalah pangan, jalan, pelabuhan, bandara, hingga urusan angkutan mudik dan industri strategis seperti minyak dan pesawat terbang.
Dia tidak hanya berkunjung. Tapi langsung menganalisis masalahnya saat itu juga, dan membuat keputusan. Tidak heran, cepat sekali BUMN bisa menuntaskan berbagai proyek dan programnya. Medan segera punya bandara besar (akan diresmikan 25/7). Padang punya pelabuhan besar, jakarta punya rumah sakit besar khusus pekerja, Bali punya jalan tol di atas laut.
Di bidang pangan, Dahlan Iskan menggagas penanaman sorgum besar-besar-an di NTT sebagai pengganti gandum yg harus impor. Dia juga mengaktifkan peternakan sapi besar milik bumn di sulsel.
Dia juga mereformasi BUMN pupuk. Kini, petani lega, pupuk tidak langka.
Tidak kalah senangnya petani tebu. Mereka kini bisa dapat untung besar, setelah Dahlan Iskan membenahi total manajemen pabrik gula. Pabrik gula sendiri yang dulu rugi atau untung tidak seberapa, kini banyak yang untung hingga ratusan miliar rupiah.
Pada era Dahlan Iskan pula, Pertamina makin moncer. Setelah mencatat sejarah laba tertinggi -Rp 25 triliun-, Pertamina mampu masuk jajaran Top 500 perusahaan besar dunia. Bahkan, Pertamina langsung masuk peringkat 122.
Bagaimana Jokowi? Karena wilayah kerjanya Jakarta, tentu Jokowi blusukan di Jakarta saja. Dia kemana-mana, lihat masalah, dan membuat program.
Untuk atasi banjir misalnya, Jokowi patok rencana buat saluran besar seperti di Malaysia. Namun, karena butuh dana besar, maka ini akan jadi proyek jangka pamjang, antara lain karena butuh pinjaman luar negeri. Tentu, tidak bisa dibandingkan dengam Dahlan Iskan saat menggagas tol Bali misalnya. Dahlan Iskan bisa membentuk konsorsium BUMN untuk mendanai proyek tol itu. Termasuk menunjuk BUMN yang mengerjakan. Jadilah, pembangunan tol bali tercepat dalam sejarah.
Dengan kemampuan BUMN saat ini, Dahlan Iskan pasti siap bantu Jokowi bangun saluran besar itu. Dahlan Iskan sudah menunjukkan, saat meminjamkan pompa2 besar BUMN waktu Jakarta banjir Desember lalu.
Dua tokoh ini sebenarnya juga bisa gandengan atasi satu masalah Jakarta lagi: macet. Awalnya Jokowi sempat yakin dengan rencananya atasi macet. yakni penerapan pengaturan nomor kendaraan ganjil genap. Namun rencana itu menguap sebelum diterapkan.
Mantaplah Jokowi untuk menjalankan proyek besar : monorel. Namun, proyek itu butuh waktu lama.
Sadar akan kesulitan Jokowi. Dahlan Iskan membantu dengan meningkatan layanan kereta komuter. Agar masyarakat tidak naik mobil pribadi ke Jakarta. Kereta komuter kini lebih bersih, lebih murah, moderen dengan e-ticket. Parkir di stasiun2 juga diperluas.
Dahlan Iskan juga berpikir monorel. Selalu dengan dasar cinta produk dalam negeri dan berdikari, dia bentuk konsorsium BUMN untuk membuat gerbong monorel, membiayai dan nantinya mengoperasikan.
Namun, dari berita, Jokowi ternyata lebih memilh monorel buatan Cina. Dia juga menunjuk perusahaan dengan dana pinjaman luar negeri. Entah, mengapa.
Padahal, itu membuat proyek monorel butuh waktu lebih lama untuk terwujud.
Tapi, tidak selalu kok keputusan Jokowi, realisasinya lama. Jokowi bisa langsung mewujudkan dua program instan untuk rakyat. Yakni program kartu sehat dan kartu pintar. Dia mengambil dana APBN sekitar Rp 2 triliun per tahun untuk dua proyek itu.
Memang sempat ada berita negatif seputar rumah sakit untuk kartu sehat itu. Atau, soal dana di kartu pintar yang langsung bisa dimanfaatkan pelajar, tanpa tahu apa benar uang itu untuk beli buku atau untuk pulsa?
Namun program populis yang bersifat memberi seperti di atas, jelas lebih banyak yang menerima. Toh, anggarannya juga tinggal ambil.
sebaliknya, Dahlan Iskan cenderung menghasilkan. Sejalan, dengan primsipnya bahwa jangan beri ikan. Tapi, beri kail, skaligus kolamnya dan sekalian ajak ke kolamnya untuk menangkap ikannya.
Tahun 2012, BUMN meraih laba 128 triliun plus pajak triliunan rupiah untuk negara. Lewat berbagai terobosan, Dahlan Iskan membuat kolam indonesia lebih kaya, lebih banyak ikannya untuk ditangkap!
Namun, tidak selalu Dahlan Iskan lebih unggul dari Jokowi. Dia kalah jauh untuk satu hal: pengalaman politik! Jokowi berpengalaman sudah tiga kali terjun di arena politik. Dua kali di pilwakot Solo, satu kali di Jakarta. Dia jelas lebih paham langkah2 politis.
Dahlan Iskan, sebaliknya. Dia memang juga punya tiga hal, tapi itu bukan politik. Tiga hal atau lebih tepatnya tiga kata andalan Dahlan Iskan itu adalah: kerja kerja kerja!

Agung Pamujo @pamzeppelin.

Kategori

Kategori