Dahlan Iskan dan Jokowi serupa tapi tak sama

SAYA sepakat dengan pendapat bahwa Indonesia saat ini beruntung punya dua sosok istimewa: Dahlan Iskan dan Jokowi. Dua nama yang sama-sama dikenal bersih, suka blusukan, pekerja keras, dan punya komitmen tinggi terhadap rakyat.
Keduanya juga sama-sama berlatarbelakang pengusaha yang kini duduk di pemerintahan. Kini, kedua-duanya juga digadang-gadang jadi pemimpin Indonesia berikutnya.
Namun, ada juga beberapa perbedaan antara dua sosok yang sama-sama asal lereng Gunung Lawu itu. Bahkan, perbedaannya cukup kontradiktif.
Dalam hal blusukan misalnya. Dahlan Iskan jelas memiliki cakupan bidang dan jangkauan wilayah yang lebih luas.
Tentu saja, karena dia seorang menteri. Menteri BUMN lagi.
Semenjak menjadi Menteri, Dahlan Iskan sudah blusukan mulai Aceh sampai Papua untuk berbagai urusan. Dari masalah pangan, jalan, pelabuhan, bandara, hingga urusan angkutan mudik dan industri strategis seperti minyak dan pesawat terbang.
Dia tidak hanya berkunjung. Tapi langsung menganalisis masalahnya saat itu juga, dan membuat keputusan. Tidak heran, cepat sekali BUMN bisa menuntaskan berbagai proyek dan programnya. Medan segera punya bandara besar (akan diresmikan 25/7). Padang punya pelabuhan besar, jakarta punya rumah sakit besar khusus pekerja, Bali punya jalan tol di atas laut.
Di bidang pangan, Dahlan Iskan menggagas penanaman sorgum besar-besar-an di NTT sebagai pengganti gandum yg harus impor. Dia juga mengaktifkan peternakan sapi besar milik bumn di sulsel.
Dia juga mereformasi BUMN pupuk. Kini, petani lega, pupuk tidak langka.
Tidak kalah senangnya petani tebu. Mereka kini bisa dapat untung besar, setelah Dahlan Iskan membenahi total manajemen pabrik gula. Pabrik gula sendiri yang dulu rugi atau untung tidak seberapa, kini banyak yang untung hingga ratusan miliar rupiah.
Pada era Dahlan Iskan pula, Pertamina makin moncer. Setelah mencatat sejarah laba tertinggi -Rp 25 triliun-, Pertamina mampu masuk jajaran Top 500 perusahaan besar dunia. Bahkan, Pertamina langsung masuk peringkat 122.
Bagaimana Jokowi? Karena wilayah kerjanya Jakarta, tentu Jokowi blusukan di Jakarta saja. Dia kemana-mana, lihat masalah, dan membuat program.
Untuk atasi banjir misalnya, Jokowi patok rencana buat saluran besar seperti di Malaysia. Namun, karena butuh dana besar, maka ini akan jadi proyek jangka pamjang, antara lain karena butuh pinjaman luar negeri. Tentu, tidak bisa dibandingkan dengam Dahlan Iskan saat menggagas tol Bali misalnya. Dahlan Iskan bisa membentuk konsorsium BUMN untuk mendanai proyek tol itu. Termasuk menunjuk BUMN yang mengerjakan. Jadilah, pembangunan tol bali tercepat dalam sejarah.
Dengan kemampuan BUMN saat ini, Dahlan Iskan pasti siap bantu Jokowi bangun saluran besar itu. Dahlan Iskan sudah menunjukkan, saat meminjamkan pompa2 besar BUMN waktu Jakarta banjir Desember lalu.
Dua tokoh ini sebenarnya juga bisa gandengan atasi satu masalah Jakarta lagi: macet. Awalnya Jokowi sempat yakin dengan rencananya atasi macet. yakni penerapan pengaturan nomor kendaraan ganjil genap. Namun rencana itu menguap sebelum diterapkan.
Mantaplah Jokowi untuk menjalankan proyek besar : monorel. Namun, proyek itu butuh waktu lama.
Sadar akan kesulitan Jokowi. Dahlan Iskan membantu dengan meningkatan layanan kereta komuter. Agar masyarakat tidak naik mobil pribadi ke Jakarta. Kereta komuter kini lebih bersih, lebih murah, moderen dengan e-ticket. Parkir di stasiun2 juga diperluas.
Dahlan Iskan juga berpikir monorel. Selalu dengan dasar cinta produk dalam negeri dan berdikari, dia bentuk konsorsium BUMN untuk membuat gerbong monorel, membiayai dan nantinya mengoperasikan.
Namun, dari berita, Jokowi ternyata lebih memilh monorel buatan Cina. Dia juga menunjuk perusahaan dengan dana pinjaman luar negeri. Entah, mengapa.
Padahal, itu membuat proyek monorel butuh waktu lebih lama untuk terwujud.
Tapi, tidak selalu kok keputusan Jokowi, realisasinya lama. Jokowi bisa langsung mewujudkan dua program instan untuk rakyat. Yakni program kartu sehat dan kartu pintar. Dia mengambil dana APBN sekitar Rp 2 triliun per tahun untuk dua proyek itu.
Memang sempat ada berita negatif seputar rumah sakit untuk kartu sehat itu. Atau, soal dana di kartu pintar yang langsung bisa dimanfaatkan pelajar, tanpa tahu apa benar uang itu untuk beli buku atau untuk pulsa?
Namun program populis yang bersifat memberi seperti di atas, jelas lebih banyak yang menerima. Toh, anggarannya juga tinggal ambil.
sebaliknya, Dahlan Iskan cenderung menghasilkan. Sejalan, dengan primsipnya bahwa jangan beri ikan. Tapi, beri kail, skaligus kolamnya dan sekalian ajak ke kolamnya untuk menangkap ikannya.
Tahun 2012, BUMN meraih laba 128 triliun plus pajak triliunan rupiah untuk negara. Lewat berbagai terobosan, Dahlan Iskan membuat kolam indonesia lebih kaya, lebih banyak ikannya untuk ditangkap!
Namun, tidak selalu Dahlan Iskan lebih unggul dari Jokowi. Dia kalah jauh untuk satu hal: pengalaman politik! Jokowi berpengalaman sudah tiga kali terjun di arena politik. Dua kali di pilwakot Solo, satu kali di Jakarta. Dia jelas lebih paham langkah2 politis.
Dahlan Iskan, sebaliknya. Dia memang juga punya tiga hal, tapi itu bukan politik. Tiga hal atau lebih tepatnya tiga kata andalan Dahlan Iskan itu adalah: kerja kerja kerja!

Agung Pamujo @pamzeppelin.


EmoticonEmoticon