System e-vote dalam hal efisiensi dan pempanfaatan teknologi Informasi
System e-vote
dalam hal efisiensi dan pempanfaatan teknologi Informasi
Mari berhitung
…
Berapa biaya
rata rata yangdikeluarkan untuk peserta penyoblos pemilu,
Dihitung dari
mulai kertas , tinta, dan tektek bengek …
kira kira
misalnya 100 ribu,
jika di
setiap tps ada 400 orang maka dana yang dibutuhkan sekitar 40. Juta
saya
berandai andai jika dibuatkan alat yang bisa menggunakan baik e-ktp maupun
sidik jari sebagai media loginnya, yang otomatis akan memunculkan sebuah
layarpilihan caleg maupun capres, bahkan pilkada dan pemilihan lurah bisa
menggunakan alat ini…
cara kerja
alat ini sangat sederhana, persis seperti mesin ATM, hanya bermodal kartu atm
dan password yang bisa digantikan dengan sidik jari , maka layar akan
menampilkan pilihan …
alat
tersebut sudah terkoneksi langsung dengan dataase kependudukan di seluruh Indonesia,
jadi siapapun dimanapun bisa memilih dengan cepat, bahkan di tempat tempat
kerja sekalipun.
Selanjutnya KPU
membuat system android misalnya untuk bisa melakukan e-voting, dengan cara
mamsukan sidik jadi dan nomor KTP,
Saya yakin
biaya saksi saksi, biaya pengadaan alat, biaya kertas, biaya distribusi akan
jauh lebih murah, bahkan untuk golput sekalipun bisa lebih minim,
Hardware akan
login otomatis kedalam system KPU dengan tanda pengenal hadware ID masing
masing, atau bisa juga nanti diatur loginnya oleh team,
Selanjutnya …
Hardware tersebut
akan muncul bahwa hardare tersebut diperuntukan untuk desa mana atau kecamatan
mana ….
Lalu bagaimana
jika ada pemilkada atau pilgub, sudah jelas sangat bisa…
KPU daerah
akan mensettig, bahwa pada hari sekian
jam sekian pemilihan dimulai dan data bisa di akses …
Begitupula dengan
penduduk yang sedang meninggalkan daerahnya dengan alas an berbisnis atau
apapun,
Bisa memilih
dimanapun dia berada , karena DPT ditentukan berdasarkan NIK,
Missal Saya bisa
memilih gubernur jawa barat dari
hardware yang ada di jawa timur,
Karena NIK
saya terdeteksi NIK jawa barat,
Jadi jangan
diaggap alat ini hanya dipakai lima tahun sekali, justeru alat ini bisa dipakai
kapan saja ….
Lalu bagaimana
system validasi di daerah?
Sudah tidak
perlu lagi,,,,,,,
Karena data
akan langsung terecord di pusat….
Tinggal …
Bagaimana bagian
system informasi dan teknologi bekerja secara maksimal,
Membangun super
database yang diakses rame rame bisa down…
Transaksi ratusan
juta record bahkan jika dihitung berdasarkan koneksi client server bisa jadi
milyaran dalam beberap jam saja …..
Bagaimana system
itu tidak bisa dihack dan dimanfaatkan oleh segelintir orang yang iseng,
Bagaiaman data
itu benar benar valid dan bisa dipertanggungjawabkan,
Bagaimana warga
yang ber KTP ganda bisa diminimalisir,
Bagaimana bagi
warga yang belum punya e-ktp
Bagaimana para
caleg dan lainnya pervaya akan system ini…
Saya rasa
simulasi di sbeberapa desa, atau puluhan desa di Indonesia sambil menyebarkan
hardware ini bisa dilakukan.
Ujung ujungnya
kelak 5 tahun yang akan dating, jika ada pilpres atau pemilu akbar alat ini
sudah bisa merata di seluruh Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)