Tampilkan postingan dengan label Terhadap. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terhadap. Tampilkan semua postingan
Sikap Azis Terhadap Denny Lecehkan Partai Golkar dan DPR

Sikap Azis Terhadap Denny Lecehkan Partai Golkar dan DPR


Jakarta - Sikap Wakil Ketua Komisi III, Azis Syamsuddin, dalam rapat kerja dengan Kemenkum HAM malam tadi bakal menjadi serangan balik untuk DPR. Tidak hanya itu, Partai Golkar, tempat Azis bernaung, juga tidak luput dari getahnya.

"Apa yang dilakukan Aziz itu melecehkan Partai Golkar dan lembaga DPR," tegas peneliti ICW, Febri Diansyah saat dihubungi, Kamis (8/12/2011).

Febri mempertanyakan balik maksud di balik sikap emosional Azis, terutama terhadap Wamenkum HAM, Denny Indrayana. Kesan yang muncul di publik, lanjut Febri, adalah aksi balas dendam.

"Apalagi kebijakan pengetatan remisi yang dipersoalkan itu korbannya adalah kader partai Golkar," lanjutnya.

Tidak sepantasnya, sikap Azis ditunjukan dalam rapat resmi di DPR. Terlebih lagi, anggota DPR selalu menyatakan mereka sebagai lembaga terhormat.

Publik tengah menabuh genderan perang terhadap korupsi. Dan sudah sepantasnya setiap koruptor diberikan hukuman paling berat.

Jika ada yang salah dalam sebuah kebijakan, Febri menyarankan menempuh jalur hukum. "Bukan justru menunjukkan sikap sok kuasa dan arogan," tandasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III, Azis Syamsuddin, sempat berniat mengusir Wamenkum HAM, Denny Indrayana, dalam rapat kerja. Tidak hanya itu, Azis pun memaki-maki Denny yang dianggap tidak sopan.

"Jangan cengengesan. Maaf Anda itu tidak ganteng. Kalau saya mau saya bisa minta anda keluar dari forum ini," hardik Aziz.

Pangkal masalahnya adalah kebijakan Kemenkum HAM memperketat syarat pemberian remisi dan pembebasan bersyarat untuk terpidana kasus korupsi yang dianggap tidak memiliki dasar hukum.

Sedari awal diumumkannya pengetatan syarat pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi terpidana kasus korupsi, kontroversi langsung mencuat. Sebagian besar masyarakat dan khususnya penggiat perang melawan korupsi mendukung kebijakan untuk menguatkan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi.

Sebaliknya suara menentang bermunculan dari kalangan DPR. Secara kebetulan pada saat bersamaan, ada beberapa orang politisi yang sedang menjalani proses hukum di KPK sementara yang telah dijebloskan ke dalam penjara otomatis tidak dapat lagi menikmati fasilitas pengurangan masa hukuman rutin (remisi) apalagi pembebasan bersyarat seperti para pendahulu mereka.

(mok/mei)


View the original article here

Kriminolog: Jangan Sampai Masyarakat Jadi Takut Terhadap Kejahatan

Kriminolog: Jangan Sampai Masyarakat Jadi Takut Terhadap Kejahatan

Jakarta - Polisi diminta untuk mengusut dengan cepat kejahatan yang disertai kekerasan hingga tuntas. Jika berlarut-larut, akan timbul ketakutan di masyarakat terhadap kejahatan.

"Kejahatan yang disertai kekerasan berpotensi menyumbang rasa takut terhadap kejahatan," jelas kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala kepada detikcom, Kamis (8/12/2011).

Ketakutan itu muncul bukan karena maraknya kejahatan atau modus tindakannya. Justru karena pemberitaan yang terus berulang-ulang sehingga menimbulkan rasa takut.

Cara untuk meminimalisirnya, media harus berusaha menahan diri dalam pemberitaan. Polisi juga harus secara cepat mengusut setiap kejahatan dengan tuntas.

"Baik itu kasus besar atau remeh," jelas Adrianus.

Efek sosial dari masyarakat yang takut akan kejahatan cukup besar. Biasanya seseorang jadi takut kenal dengan orang baru, takut keluar malam, tidak mau ke lokasi tertentu, hingga hanya mau bergaul dengan kelompoknya saja.

"Ini kan tidak sehat dalam sebuah lingkungan," katanya.

(mok/mei)


View the original article here

Sikap Azis Terhadap Denny Lecehkan Partai Golkar dan DPR

Sikap Azis Terhadap Denny Lecehkan Partai Golkar dan DPR


Jakarta - Sikap Wakil Ketua Komisi III, Azis Syamsuddin, dalam rapat kerja dengan Kemenkum HAM malam tadi bakal menjadi serangan balik untuk DPR. Tidak hanya itu, Partai Golkar, tempat Azis bernaung, juga tidak luput dari getahnya.

"Apa yang dilakukan Aziz itu melecehkan Partai Golkar dan lembaga DPR," tegas peneliti ICW, Febri Diansyah saat dihubungi, Kamis (8/12/2011).

Febri mempertanyakan balik maksud di balik sikap emosional Azis, terutama terhadap Wamenkum HAM, Denny Indrayana. Kesan yang muncul di publik, lanjut Febri, adalah aksi balas dendam.

"Apalagi kebijakan pengetatan remisi yang dipersoalkan itu korbannya adalah kader partai Golkar," lanjutnya.

Tidak sepantasnya, sikap Azis ditunjukan dalam rapat resmi di DPR. Terlebih lagi, anggota DPR selalu menyatakan mereka sebagai lembaga terhormat.

Publik tengah menabuh genderan perang terhadap korupsi. Dan sudah sepantasnya setiap koruptor diberikan hukuman paling berat.

Jika ada yang salah dalam sebuah kebijakan, Febri menyarankan menempuh jalur hukum. "Bukan justru menunjukkan sikap sok kuasa dan arogan," tandasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III, Azis Syamsuddin, sempat berniat mengusir Wamenkum HAM, Denny Indrayana, dalam rapat kerja. Tidak hanya itu, Azis pun memaki-maki Denny yang dianggap tidak sopan.

"Jangan cengengesan. Maaf Anda itu tidak ganteng. Kalau saya mau saya bisa minta anda keluar dari forum ini," hardik Aziz.

Pangkal masalahnya adalah kebijakan Kemenkum HAM memperketat syarat pemberian remisi dan pembebasan bersyarat untuk terpidana kasus korupsi yang dianggap tidak memiliki dasar hukum.

Sedari awal diumumkannya pengetatan syarat pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi terpidana kasus korupsi, kontroversi langsung mencuat. Sebagian besar masyarakat dan khususnya penggiat perang melawan korupsi mendukung kebijakan untuk menguatkan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi.

Sebaliknya suara menentang bermunculan dari kalangan DPR. Secara kebetulan pada saat bersamaan, ada beberapa orang politisi yang sedang menjalani proses hukum di KPK sementara yang telah dijebloskan ke dalam penjara otomatis tidak dapat lagi menikmati fasilitas pengurangan masa hukuman rutin (remisi) apalagi pembebasan bersyarat seperti para pendahulu mereka.

(mok/mei)


View the original article here

Kriminolog: Jangan Sampai Masyarakat Jadi Takut Terhadap Kejahatan

Kriminolog: Jangan Sampai Masyarakat Jadi Takut Terhadap Kejahatan

Jakarta - Polisi diminta untuk mengusut dengan cepat kejahatan yang disertai kekerasan hingga tuntas. Jika berlarut-larut, akan timbul ketakutan di masyarakat terhadap kejahatan.

"Kejahatan yang disertai kekerasan berpotensi menyumbang rasa takut terhadap kejahatan," jelas kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala kepada detikcom, Kamis (8/12/2011).

Ketakutan itu muncul bukan karena maraknya kejahatan atau modus tindakannya. Justru karena pemberitaan yang terus berulang-ulang sehingga menimbulkan rasa takut.

Cara untuk meminimalisirnya, media harus berusaha menahan diri dalam pemberitaan. Polisi juga harus secara cepat mengusut setiap kejahatan dengan tuntas.

"Baik itu kasus besar atau remeh," jelas Adrianus.

Efek sosial dari masyarakat yang takut akan kejahatan cukup besar. Biasanya seseorang jadi takut kenal dengan orang baru, takut keluar malam, tidak mau ke lokasi tertentu, hingga hanya mau bergaul dengan kelompoknya saja.

"Ini kan tidak sehat dalam sebuah lingkungan," katanya.

(mok/mei)


View the original article here

Kategori

Kategori