Menakar akurasi tweet triomacan2000
Djono W oesman
triomacan2000 vs Dahlan dalam Perspektif Saya
Trio Macan saya kagumi. Sedangkan, Dahlan Iskan guru jurnalistik
saya. Tapi saat Macan menulis tentang Dahlan, saya kecewa. Bukan karena
mereka ‘berantem’. Bukan pula sebab Macan selalu ngumpet di selimut
tweeter. Tapi pemaparan Macan tentang Dahlan berkualitas rendah.
———————–
Membaca pembukaan kultwit (KT) Macan tentang Dahlan, saya begitu
antusias. Penasaran, ingin tahu. Dahlan adalah pemimpin saya selama 24
tahun karir jurnalistik saya di Jawa Pos. Siapa tahu, ada bagian
perilaku Dahlan yang tidak saya ketahui, dan kini diungkap Macan yang
saya kagumi.
Lead (kalimat pembuka) Macan agak merendah, dengan kata ‘sekilas’
tentang Dahlan Iskan. Biasanya lead gaya merendah begini menyimpan
kejutan di dalamnya. Saya bersemangat membacanya.
Ternyata Macan menyebut bahwa rangkaian KT (total 50 KT) itu baru
part 1. Berarti dia bakal mengungkap sangat banyak hal tentang Dahlan.
Maka, tensi keingin-tahuan saya tambah naik. Tambah seruuuu….
KT 1 s/d 5 berisi pujian. O… Macan rupanya bergaya Jawa. Dia pakai
unggah-ungguh, sopan santun, basa basi. Atau, mungkinkah dia bergaya
pegulat Sumo, Jepang? Jika hendak membanting lawan, harus diangkat dulu.
Agar bantingan mantap.
KT nomor 6 serangan dimulai. Dia tulis: “Success story DIS di PLN itu
bukan tnp cacat”. Ada pemborosan puluhan T (maksud dia, puluhan triliun
rupiah) di PLN. Di KT berikutnya dijelaskan, pemborosan itu untuk
mengatasi listrik yang suka padam dengan menyewa genset. KT nomor 8
dijelaskan, pemborosan itu kini diperiksa DPR, BPK, Polri, Kejagung, dan
KPK.
Sampai disini saya tambah tertarik tulisan Macan. Dia memang berani,
sebagaimana KT-2 dia sebelumnya. Hanya dia kurang tepat menggunakan kata
“Pemborosan”. Mengatasi pemadaman sewa genset, bukan pemborosan.
Seperti halnya rumah saya yang bocor, saya atasi dengan membeli genteng.
Tapi, saya salut Macan menyebut “Puluhan T”. Sebab, data yang saya
miliki, untuk mengatasi pemadaman Jabodetabek PLN mengeluarkan Rp 6,8 T,
sedangkan untuk Jabar dan Banten Rp 1,5 T. Belum ada data lain, kecuali
Macan bisa masuk ke akuntansi PLN yang bukan perusahaan publik (Tbk)
dan tentunya tertutup untuk umum.
Saya sedikit kecewa, Macan tidak sekalian mengungkap angka tepatnya.
Sebutan “Puluhan T” bisa berarti Rp 11 T s/d Rp 99,99 T. Suatu rentang
yang sangat panjang. Apalagi, saya berharap Macan merinci data
penggunaannya di tiap provinsi. Ini bakal lebih mantap.
KT no 9 mengejutkan: “Dahlan jadi Men-BUMN titipan Chairul Tanjung”.
Saya terkejut sekaligus menyayangkan. Sebab, kawan dekat saya orang
Demokrat yang mengaku tahu persis proses tsb, sudah cerita ke saya.
Prosesnya tidak seperti itu (KT no 9 s/d 11). Macan kurang akurat.
KT no 12 s/d 19 berupa rentetan corporate action Dahlan, termasuk yg
kontroversial. Delegasi wewenang Men-BUMN, tunjuk anak muda jadi direksi
BUMN, bubarkan Petral, berantas KKN, benahi KAI, dsb. Publik, termasuk
saya, sudah tahu semua itu dari berita. Jadi, tak ada yang baru.
Masuk KT no 20: “Kini kita lihat faktanya setelah 8 bln Dahlan jadi
menteri, apa hasilnya?”. Konsentrasi baca saya yang mulai kendor, jadi
tertarik lagi. Hebat…. Macan mau kalkulasi hitung-2an hasil corporate
action Dahlan.
Tapi, sayang tidak ada kronologis faktual lebih lanjut. Malah KT no
21 terperosok ke asumsi Macan: “Publik sekarang mulai meragukan
integritas dan kapasitas Dahlan.” Ini opini Macan sendiri.
Waduuuuh…. Macan lupa, bahwa main beginian harus dilengkapi data.
Dan, data harus dilengkapi penjelasan kompetensi sumber data. Tujuannya,
publik pembaca bisa mengukur tingkat akurasi fakta yang diungkap. Jika
tingkat akurasi sudah terukur (berapa pun nilainya), baru bisa terjadi
perdebatan.
Pada KT no 22, kekecewaan saya mulai terjawab. Macan mulai mengarah
ke asumsi bahwa corporate action Dahlan adalah “Pencitraan”. Rupanya,
Macan cuma mau menggiring pembaca bahwa corporate action tsb adalah
proses yang dibuat Dahlan untuk pencitraan dirinya. Alamaaaaak…. cuma
segitu doank.
KT no 23 s/d 47 berisi penjabaran tentang teori pencitraan terkait
tindakan Dahlan. Kebetulan, saya sedang menulis teori komunikasi
(berdasar pesanan dan wawancara dengan praktisi) yang, antara lain,
membahas hal itu.
Buku tentang pencitraan yang terdaftar di Perpustakaan Nasional kini
sudah 47 judul. Jika anda membaca 1 judul saja, sudah tak perlu lagi
baca KT Macan tsb. Sebab, KT Macan hanya kulit-2nya pencitraan, tanpa
teori, tanpa uji materi. Bahkan disitu tidak ada hubungan kausalitas
(sebab-akibat) yang menautkan antara corporate action dengan pencitraan.
Tapi….. KT no 48 keren, nih. Saya kutip aslinya begini: “Sdh
sewajarnya juga, akun pencerahaan, antikorupsi dan provokator utk
kejujuran seperti TM 2000 ini beri pemahaman kpd publik” Tuh… keren,
kan?
Dilanjut KT no 49 saya kutip begini: “Tujuan kami (Macan) adalah agar
publik dapat bertindak hati2 dlm menilai, mengambil kesimpulan dan
memutuskan sesuatu yg terkait nasib bangsa.” Wuiiiiiih…. tambah keren,
sebab menyeret kata-2 angker “Nasib Bangsa”.
KT no 50 (terakhir) sbg penutup sekaligus memberitahu, bahwa bakal ada KT Part 2.
Pembaca, saya sama sekali tidak bermaksud melecehkan Trio Macan. Saya
menghargainya sebagai penulis. Dia berniat baik terhadap “Nasib
Bangsa”-nya. Cuma, kapasitas berpikir, teknis pemaparan, dan gaya
menulis dia yang akhirnya membuat saya kecewa. (Jakarta, 9 Juli 2012)
info cikarang
kepentingan triomacan2000
Menakar akurasi tweet triomacan2000
siapa triomacan2000
Menakar akurasi tweet triomacan2000
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon